BENGKULU, eWarta.co – Kondisi alur pelayaran menuju Pelabuhan Pulau Baai kembali menjadi sorotan. Uji coba pelayaran KMP Pulo Tello yang dilakukan pada Senin pagi (14/4) sempat membuahkan hasil positif.
Kapal penumpang dilaporkan berhasil melewati alur pelabuhan dengan kedalaman draft sekitar 2,5 meter.
Namun sangat disayangkan, keberhasilan itu tak bertahan lama. Ketika hendak melanjutkan perjalanan masuk ke kolam pelabuhan pada siang harinya, alur kembali mengalami pendangkalan dikarenakan air pasang yang surut (waktu kapal keluar air pasang 1,2M) sehingga kapal tak bisa melanjutkan sandar kembali ke dermaga pelabuhan pulau baai
Informasi ini disampaikan langsung oleh Anggota DPRD Kota Bengkulu, Edi Heriyanto, melalui pesan WhatsApp pada Senin sore. Ia mengungkapkan bahwa KMP Pulau Telo sudah berhasil melintasi alur pada pukul 07.00 WIB, namun gagal masuk ke area kolam pelabuhan karena air laut mulai surut.
“Izin menyampaikan, KMP Pulau Telo tadi pagi jam 07.00 WIB berhasil uji coba melewati alur Pelabuhan Pulau Baai. Tapi siangnya tidak bisa masuk ke kolam pelabuhan lagi karena air sudah surut. Sampai sekarang, KMP Pulau Telo masih berlabuh di luar pelabuhan,” pesan Edi via whatsapp.
Akibat kondisi tersebut, rencana keberangkatan penumpang menuju Pulau Enggano pun terhambat.
Untuk sementara, pihak terkait berkoordinasi agar penumpang tetap bisa diberangkatkan menggunakan alternatif transportasi laut dari instansi lain.
“Rencananya, penumpang yang akan pulang ke Enggano akan diangkut menggunakan kapal milik Polisi Air, kapal dari KSOP, dan juga kapal milik Angkatan Laut,” tambah Edi.
Kondisi alur Pelabuhan Pulau Baai yang mudah mengalami pendangkalan bukan pertama kali menjadi kendala bagi kapal-kapal yang akan bersandar. Masalah ini dinilai sangat mengganggu aktivitas transportasi laut, terutama untuk rute vital seperti ke Pulau Enggano yang sangat bergantung pada konektivitas laut.
Warga dan tokoh masyarakat mendesak pemerintah pusat maupun daerah untuk segera mencari solusi konkret, termasuk pengerukan alur secara berkala dan pembangunan infrastruktur pelabuhan yang memadai agar kejadian serupa tidak terus berulang.
Situasi ini tidak hanya merugikan operator kapal, tetapi juga mengganggu mobilitas masyarakat dan distribusi logistik ke wilayah terluar seperti Enggano. (**)