BENGKULU, eWarta.co -- Panti asuhan menjadi suatu lembaga pelayanan sosial yang didirikan oleh pemerintah maupun masyarakat, dengan tujuan untuk membantu atau memberikan bantuan terhadap individu, kelompok masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan hidup.
Panti asuhan memberikan pelayanan pengganti orang tua/wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial pada anak asuh. Sehingga memperoleh kesempatan yang luas dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya.
Salah satu hal yang biasa dilakukan masyarakat termasuk pengelola panti asuhan ketika mengalami gejala sakit ringan adalah melakukan pengobatan mandiri atau disebut Swamedikasi.
Untuk itu, diperlukan suatu upaya bersama dalam hal peningkatan kapasitas pengetahuan swamedikasi untuk pengelola panti asuhan agar memiliki pengetahuan yang baik terkait pelaksanaan swamedikasi.
Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan salah satu kontribusi yang dilakukan oleh para dosen Program Studi Diploma Tiga Farmasi Poltekkes Kemenkes Bengkulu. Ketua pelaksana kegiatan, Zamharira Muslim mengatakan bahwa “Salah satu masalah yang sering dihadapi di panti asuhan adalah terjadinya masalah kesehatan pada penghuni panti asuhan. Untuk itu diperlukan pengelola panti asuhan yang memiliki pemahaman bagaimana melakukan pengobatan mandiri ketika penghuni panti asuhan mengalami gejala sakit ringan. Untuk itu, salah satu kegiatan yang kami lakukan pada tahun ini adalah melakukan Peningkatan Kapasitas Pengetahuan Pengurus Panti Asuhan di Kota Bengkulu dalam Swamedikasi”.
Kegiatan ini diikuti oleh 30 pengelola panti asuhan yang tersebar di Kota Bengkulu. Materi yang diberikan kepada peserta adalah bagaimana pengelolaan obat-obatan di rumah atau di Panti Asuhan secara baik dan benar.
Pengelolaan obat yang dimaksud adalah mulai dari cara mendapatkan, menggunakan, menyimpan dan membuang obat yang sudah kadaluwarsa dengan baik dan benar. Pelatihan diberikan sengan metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif).
“Pada kegiatan ini peserta sangat aktif menanyakan kendala-kendala yang mereka hadapi di panti asuhan dalam menangani gejala sakit yang muncul, bagaimana memilih obat yang benar dan cara penggunaan obat yang benar. Hal ini menjadi masukan yang positif bagi kami untuk lebih banyak berbagi ilmu yang kami miliki sebagai tenaga pendidik untuk masyarakat khususnya di Kota Bengkulu”, tutur tim pelaksana kegiatan pengabdian masyarakat Poltekkes Kemenkes Bengkulu.
Berdasarkan hasil Pre Test yang dilaksanakan didapatkan rata-rata nilai peserta adalah 5,73. Pada hasil Post Test didapatkan peningkatan rata-rata nilai peserta menjadi 7,27. Hasil evaluasi Pre dan Post Test pada kegiatan ini didapatkan sebagian besar (80%) peserta terjadi peningkatan dalam pengetahuan tentang obat-obat yang digunakan dalam swamedikasi.
Hasil pengolahan data menggunakan uji T-test independent menunjukkan adanya peningkatan rata-rata pengetahuan yang signifikan (p=0.000). Kegiatan ini tidak berhenti sampai disini, tetapi juga dilakukan monitoring evaluasi penerapan hasil yang dilakukan 7 (tujuh) hari setelah pelatihan yang dilaksanakan dengan mengunjungi 30 pengelola panti asuhan peserta pelatihan dengan tujuan untuk melihat apakah hasil dari pelatihan sudah diterapkan dengan baik atau belum oleh peserta.
Masih adanya pengelola panti asuhan yang menyimpan antibiotik dan obat keras menjadi perhatian khusus bahwa perlunya edukasi secara terus menerus kepada masyarakat tentang pelaksanaan swamedikasi yang tepat oleh Apoteker agar tujuan pengobatan dapat tercapai. Dalam swamedikasi hanya diperbolehkan penggunaan obat bebas dan bebas terbatas yang dapat diperoleh di sarana pelayanan farmasi yang berizin seperti toko obat dan apotek.
“Kolaborasi antara pemerintah dan perguruan tinggi serta seluruh masyarakat diperlukan agar pemahaman tentang swamedikasi di masyarakat ini dapat berjalan secara berkelanjutan sehingga taraf kesehatan masyarakat dapat terus meningkat”, tutur Zamharira Muslim dalam akhir kegiatan.
Penulis: Apt. Zamharira Muslim, M.Farm, Anggota; Apt. Avrilya Iqoranny Susilo, M.Pharm.Sci; Apt. Nadia Pudiarifanti, M.Sc.