BENGKULU,eWARTA.co -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui BMKG Stasiun Klimatologi Klas I Pulau Baai kembali menggelar riset dan kajian tentang perubahan tutupan hutan TWA Bukit Kaba, perubahan yang terjadi akan berdampak kepada frekuensi hujan yang terjadi di Kota Bengkulu.
Koordinator Data dan Informasi, BMKG Klas I Bengkulu, Anang Anwar mengatakan terjadi tren penurunan frekuensi hujan untuk wilayah tersebut.
Seperti bulan Agustus tahun 2008 bila dibandingkan dengan bulan yang sama ditahun 2020 terjadi penurunan frekuensi hujan dari 194 milimeter menjadi 146 milimeter. Selain itu pola pergerakan awan, mulai berpindah dari sekitar Bukit Kaba menjadi ke Kota Bengkulu.
“Pola jangka panjangnya hujannya menjadi berkurang, dan bergeser ke Kota Bengkulu. Awan yang biasanya ada di sekitar bukit menjadi terus naik dan bergerak ke kota,” kata Anang, pada Senin (31/08/2021).
Dia menambahkan, semakin besar perubahan tutupan hutan di TWA Bukit Kaba, akan berdampak terhadap frekuensi hujan di Kota Bengkulu.
"Sepertinya bisa meningkatkan potensi bencana banjir di Kota Bengkulu, untuk itu masyarakat Kota Bengkulu diminta waspada," sambungnya.
Sementara itu, untuk suhu yang ada pada kurun 20 tahun terakhir, BMKG Kelas I Bengkulu mencatat terjadi kenaikan suhu rata-rata hampir 1 derajat Celcius, dari 23 derajat Celcius menjadi 24 derajat Celcius.
“Kondisinya memang semakin panas, dan berkurang dinginnya. Rata-rata suhu 10 tahun terakhir naik. Seperti di bulan Agustus, 10 tahun lalu masih di 23, 6 derajat Celcius namun saat ini sudah di 24, 3 derajat Celcius,” tutup Anang. (Nandar)